Tips Foto Efek Starburst: Membuat Lampu Tampak Seperti Bintang


Membuat sumber cahaya malam hari tampak berpendar seperti bintang membuat foto malam kita tampak lebih keren. Efek ini biasanya disebut efek starburst. Untuk membuat starburst, hal mendasar yang harus kita pahami adalah membuat bukaan lensa sekecil mungkin, artinya kita sebaiknya menggunakan angka aperture yang besar (f/11 s.d f/22) dan sebaiknya memanfaatkan lensa yang memiliki focal length lebih pendek.

Kenapa harus seperti itu? well, penjelasannya akan panjang. Singkatnya adalah secara fisika cahaya akan mengalami difraksi (penyebaran) saat melewati lubang sempit (hmm sempit…). Sifat penyebaran cahaya inilah yang membuat sumber cahaya (lampu, bulan, matahari) akan terlihat berpendar dan memiliki lidah, jumlah lidah akan bergantung pada jumlah bilah (blade) aperture dalam lensa anda, lihat spek lensa yang anda miliki, pasti akan ada tertulis “aperture blade”. Sementara untuk menjawab kenapa sebaiknya memilih angka f yang besar dan focal length yang lebih pendk, silahkan baca artikel Memahami Angka Aperture Dalam lensa dan Memahami Aperture.

Kalau masih belum jelas, silahkan lihat gambar berikut ini:

Gambar diatas menunjukkan, semakin kecil bukaan (angka f semakin besar), lidah cahaya akan semakin maksimal. Sementara di angka f yang kecil, sumber cahaya tampak tanpa burst sama sekali.

Tips Foto Starburst Malam Hari:

 

  1. Gunakan Tripod – Memotret malam hari dengan angka f yang besar, misal foto diatas dengan f/18, membuat shutter speed akan sangat lama, bfoto diatas 25 detik kenapa?. Jadi pastikan anda memakai tripod agar hasil foto tidak seperti lukisan grafiti.
  2. Perhatikan setting kamera – Untuk jenis foto seperti ini, gunakan angka f yang besar: f/11 atau lebih besar. Set ISO di angka yang rendah, dibawah 400, karena kita akan memotret long exposure. Anda bisa menggunakan mode manual maupun aperture priority, yang jelas perhatikan angka metering kamera. Untuk pemotretan malam hari seperti ada kecenderungan hasil akan over exposure (terlalu terang), jadi pakai exposure compensation angkanya bervariasi tergantung dari lingkungan sekitar, coba pakai under 1 stop sebagai awal dan sesuaikan setelahnya.
  3. Setting Fokus – Dengan angka aperture besar, kita tidak akan terlalu pusing memikirkan fokus, namun kalau mau aman ambil titik fokus secara manual, atau set di infinity.
  4. Manfaatkan highlight alert kamera – anda tahu kan? itu lho peringatan bling-bling yang muncul di LCD saat kita memotret subyek yang terang.
  5. Mulai Memotret – dan jangan malas mengulang dan mengubah setting kalau hasilnya belum sesuai keinginan.
Oke selamat mencoba.

Highlight Warning Kamera Untuk Menghindari Overexposure

Kebanyakan kamera DSLR memiliki fitur ini. Di Canon disebut sebagai Highlight Alert sementara di DSLR Nikon disebut Highlight Warning. Pada intinya fitur ini digunakan untuk mendeteksi bagian foto yang hilang detailnya karena terlalu terang, alias overexposure, dengan memberi peringatan cahaya berpender alias blinking di area yang over.

Tentu kita bisa memanfaatkan histogram untuk mendeteksi over dan under exposure, namun blinking highlight warning ini terasa lebih instan dan intuitif saat anda mengecek hasil foto di layar LCD.


Bagaimana cara mengaktifkan Highlight Warning Kamera?

Di kamera DSLR Nikon, anda bisa memencet tombol preview (play warna hijau), kemudian pencet tombol Up/Down dideket tombol OK sampai anda melihat blinking tadi
Pada kamera DSLR Canon anda pencet tombol “Display” atau “Info” (tergantung model) sampai blink tadi muncul. Anda juga bia mengaktifkan fitur ini dari menu setting.

Kalau Banyak Blink di Foto terus Bagaimana?

Kalau sengaja main overexposure sih nggak papa, atau kalau area yang blinking tadi di tempat yang tidak terlalu krusial juga bia diabaikan. Namun kalau anda memang menghendaki untuk menghilangkan overexposure, salah satunya anda bisa memanfaatkan exposure compensation.


Cara Setting Fokus Lensa Ke Infinity

Saat kita akan memotret sebuah obyek foto yang secara khusus sulit untuk dicari fokusnya, misalnya: foto kembang api, foto star-trail, atau foto bulan, atau hampir semua obyek foto yang jaraknya sangat jauh; kita bisa menggunakan titik fokus infinity (tak hingga) di lensa. Dengan mengeset titik fokus di infinity ini, semua benda yang jaraknya sangat jauh bisa tetap terlihat tajam di foto.


Bagaimana caranya?

  1. Cari benda yang sembarang yang jaraknya lumayan jauh, set fokus disitu.
  2. Ganti mode fokus dari autofocus ke manual focus, gunakan tombol di lensa anda untuk mengganti mode fokus
  3. Putar focusing ring: di lensa Nikon & Sigma putar habis ke kanan, di lensa Canon putar habis ke kiri, sampai anda melihat simbol infinity – ∞
  4. Biarkan mode fokus tetap di manual focus, sekarang waktnya anda memotret bulan.
Nah, selamat mencoba.

Memahami Angka Aperture Dalam Lensa

Dalam artikel ini kita akan berusaha memahami makna angka aperture dalam lensa, dan kenapa makin besar aperture lensa (angka f makin kecil) makin mahal harga sebuah lensa?

Pernahkah anda bertanya-tanya, dari mana satuan aperture yang biasanya dinyatakan dalam angka seperti ini f/4, f/5.6 atau f/22 (atau juga f4, f5.6 atau f22) berasal? dan kenapa makin besar diameter lensa dan ukuran fisik lensa makin kecil angkanya?



Gambar diatas memperlihatkan perbandingan ukuran fisik antara lensa Canon 50mm f/1.2L dan 60mm f/1.4. Angka yang menyatakan besaran aperture diatas berasal dari perbandingan antara panjang focal lensa dan ukuran diameter lensa:

aperture = panjang focal / diameter

Sebagai contoh, jika kita memiliki lensa 50mm dan ukuran diameter optik bagian depan lensa tersebut 25mm, maka kita memiliki lensa f/2 (atau juga seringkali dinyatakan sebagai f2)

aperture = 50:25 = 2

Jika panjang focal (apa itu panjang focal) lensa 50mm dan diameter lensa 50mm, berarti aperture maksimal lensanya adalah f/1. Di angka f/1, maka diameter lensa 2 kali lebih besar dibandingkan f/2, dan ada perbedaan 2 stop diantara f/1 dan f/2 (masih ingat pengertian stop kan?). Dan lensa f/1 bisa dilewati cahaya 4 kali lebih banyak dibanding lensa f/2 sehingga makin besar aperture makin cepat dan makin enak dipakai di kondisi low light. 

Anda sekarang mulai menyadari kenapa tidak banyak lensa 50mm f/1. Hanya ada sejumput lensa yang memiliki aperture f/1, seperti misalnya Canon EF 50mm f/1.0L USM yang sudah diskontinyu (lihat foto-foto yang dihasilkan dari lensa hebat 50mm f/1 disini). Lensa dengan aperture f1 membutuhkan ukuran body lensa yang buesar, elemen optik yang luas supaya diameternya bisa sama dengan panjang focalnya.


Hal ini juga membantu menjelaskan kenapa ada perbedaan besar dalah hal harga antara lensa yang panjang focal-nya sama namun aperture maksimalnya berbeda. Contohnya, coba bandingkan antara lensa Canon 85mm f/1.2 dan Canon 85mm f/1.8. Lensa canon 85mm f/1.2L dijual dengan harga diatas Rp 20 Juta sementara lensa 85mm f/1.8 harganya sekitar Rp 4 Juta. Kalau kita kembalikan lagi dari rumus diatas, maka untuk menghasilkan lensa 85mm dengan aperture f/1.8, diamater lensa cukup dengan 47mm (85/1.8 = 47.2). Sementara untuk mendapatkan aperture f/1.2, diameter lensa 85mm tadi haruslah sekitar 70 mm, hampir dua kali lebih besar bukan? Makin banyak material, makin banyak optik dan makin susah dibuat = makin mahal.

Memahami Stop Dan Segitiga Exposure Dalam Fotografi

Dalam fotografi, kata “stop” sering sekali kita dengar dan baca. Bukan, bukan stop yang itu, bukan stop yang artinya berhenti. Stop disini adalah istilah dalam fotografi. Contoh penggunaanya mungkin seperti ini: “Karena fotonya terlihat over, saya turunkan satu stop”, nah seperti itu.

Kalau sampai detik ini, kata stop dalam fotografi masih membuat anda bingung, silahkan simak penjelasan singkat ini.

Definisi Stop

Stop dalam fotografi kurang lebih memiliki arti mengubah jumlah cahaya yang diterima sensor/film sehingga mempengaruhi exposure foto. Tambah satu stop berarti lebih terang 2 kali, tambah 2 stop berarti lebih terang 4 kali. Kurangi satu stop berarti lebih gelap setengah kali. Satu stop berarti mengubah jumlah cahaya sebanyak kelipatan 2.

Sebagaimana anda ketahui, jumlah cahaya yang diterima sensor kita namai exposure. Dan naik satu stop berarti meningkatkan exposure sebanyak 2 kali. Aksi menaikkan atau mengurangi exposure bisa dilakukan dengan mengubah salah satu atau gabungan tiga elemen yang menyusun segitiga exposure: shutter speed, aperture dan ISO. (lebih jauh diterangkan dalam artikel ini: Memahami Konsep Exposure).

Agak abstrak ya? oke satu perumpaan agar jelas. Katakanlah dikamar anda ada 4 lampu 100 watt dan keempatnya menyala. Karena stop adalah perubahan gelap terang, maka turun satu stop artinya anda mematikan dua lampu sehingga hanya dua lampu yang menyala. Sementara naik satu stop berarti anda harus membawa 4 lampu lagi dengan watt yang sama. Dalam kasus ini, kamar adalah sensor di kamera digital semantara cahaya lampu adalah exposure-nya.

Stop dan Shutter Speed

shutter speed mengukur berapa lama sensor menerima cahaya. Semakin lama shutter speed berarti semakin banyak cahaya yang diterima sensor yang artinya menaikkan exposure. Dalam shutter speed, satu stop penuh mudah diingat karena merupakan hasil pembagian bilangan dua (dengan pembulatan): 1, 1/2, 1/4, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dst. Pindah satu stop berarti lompat sekali, misal dari 1/30 ke 1/125. Pindah 2 stop berarti lompat dua kali. Bingung dengan shutter speed, pahami konsepnya lebih jelas disini.

Stop dan ISO

Juga mudah dalam ISO, tinggal kali 2 berarti anda naik satu stop. ISO 100 ke ISO 200 berati satu stop, 200 ke 400 dan seterusnya. Kalau ditanya ada berapa stop dari ISO 100 ke 1600? nah pintar, ada 4 stop. Pahami konsep ISO disini.

Stop dan Aperture

Agak lebih susah dalam aperture karena bilangannya melomcat-loncat: f/1, f/1.4, f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, f/16 dst. Pahami lagi konsep Aperture disini.

Apa Hubungan Stop Dengan Ketiganya?

Katakanlah anda menggunakan setting awal kamera seperti ini: 1/125, f/8 dan ISO 100. Karena hasil fotonya under exposure (gelap) anda naik satu stop yang artinya bisa tiga hal: 1/60, f/8, ISO 100 (hanya shutter yang berubah). Atau 1/125, f/5.6 ISO 100 (hanya aperture yang berubah). Atau 1/125, f/8 ISO 200 (hanya ISO yang berubah). Semua perubahan bernilai satu stop.


Ads Inside Post